Beritacom – Tangsel – STAI Nurul Iman | Demi memperkuat tata kelola dan sindikasi media Pers Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar acara untuk melangsungkan kopi darat (Kopdar).
Kopdar Pengelola Media Pers Mahasiswa PTKI berlangsung selama tiga hari, dimulai dari Senin, 6 November 2023, hingga Rabu, 8 November 2023 dengan mengundang sejumlah 52 Pers Mahasiswa dari PTKI seluruh Indonesia di Hotel Santika Premiere Tangerang Selatan, Banten.
Kegiatan yang mengusung tema “Membangun Sindikasi Media Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)”, acara ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana media dapat menjadi komunikator, agen perubahan, dan sarana interaksi dalam mempromosikan moderasi beragama.
Dalam serangkaian kegiatan yang penuh antusias ini terdapat beberapa materi yang disampaikan diantaranya:
- Membangun sindikasi Media di Lingkungan PTKI
- Pengarusutamaan Moderasi Beragama pada Lembaga Pers PTKI
- Strategi Membangun Sindikasi Media PTKI
- Menentukan Angel Penulisan
- Mengelola Naskah Ilmiah-Populer Karya Akademik
- Pengelolaan Manajemen Konten Media Sosial
Menurut Kepala Subdirektorat Sarana dan Prasarana (Kasubdit Sarpras) dan Kemahasiswaan Bapak Nur Shoib, SH., MH mengatakan acara ini bertujuan untuk membangun sindikasi atau persekutuan media di lingkungan PTKI.
“Membangun sindikasi media adalah peranan penting dalam upaya penguatan moderasi beragama. Media bukan hanya sekedar penyampaian berita, tetapi juga memiliki peran krusial sebagai agen perubahan dan sarana interaksi,” ujarnya.
Di tempat yang sama Wibowo Prasetyo (Stafsus Kementerian Agama Bidang Media & Komunikasi Publik) menyampaikan harapan kepada Mahasiswa Pers lembaga PTKI untuk dapat memperkuat tata kelola media agar terindikasi dengan baik.
Bukan sekedar menjadi lembaga yang mencerdaskan dan membangun nalar kritis mahasiswa melalui tulisan. Tetapi juga mampu membangun iklim demokrasi kampus, menjadi pers yang professional, sebagai control social dan penggerak kebaikan dalam moderasi beragama.
Seiring dengan perkembangan digital yang semakin mudah diakses, generasi muda dihadapkan pada tantangan dalam memilah dan memilih informasi yang benar. Dalam era digital ini, penting untuk melawan penyebaran berita palsu (hoax) dan ideologi radikal.
Salah satu faktor yang dikemukakan adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang kuat tentang kebangsaan dan keagamaan.
Wibowo juga mengajarkan bahwa jangan terlalu mudah menerima berita hoax.
“Sebaiknya mahasiswa dan anak muda sekarang jangan malas untuk mencari validasi dan memverifikasi suatu berita, jangan mudah termakan berita bohong,” tegas Wibowo.
Ia berharap, awal proses kegiatan ini membutuhkan sindikasi media terkhususnya moderasi beragama, karena pers adalah empat pilar di moderasi beragama. “Semoga ekspektasi bagi kita semua, bisa memberikan dedikasi yang baik di khalayak ramai,” harapnya. (Abdurrohman Awalul)
Tinggalkan Balasan