Beritacom – Kota Tangerang – Aroma bau amis, toilet yang kumuh, dan lantai berdebu di RSU Tangerang yang menjadi pemandangan sehari – hari keluarga pasien seketika lenyap.

Tak hanya itu, Tenaga Keamanan dan petugas kesehatan yang biasa sedikit terkesan jutek dalam memberikan pelayanan mendadak ramah dan humble.

Pencitraan yang disinyalir dibuat buat itu lantaran sejumlah pejabat publik diantaranya menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin, PJ Gubernur Banten Al Muktabar, PJ Bupati Tangerang Andy Oni Prihantono berencana untuk mendatangi RS Tahun yang pada tahun 1964 diserahkan Menteri Kesehatan pada masa itu Prof. dr. Satrio Kepada Pemerintahan Daerah.

Namun demikian, terdapat beberapa toilet yang disinyalir terlupakan oleh Direktur RSUD Kabupaten Tangerang dr Endang Widyastiwi, M.MKes diantaranya toilet sisi bagian kanan yang masih terlihat kotor dan kurang diperhatikan sehingga menyisakan kesan kumuh.

Ironisnya, saat kunjungan beberapa pejabat tidak ada satupun masyarakat diperbolehkan melintasi bangsal tanpa terkecuali.

“Siapa mau ngapain, Silahkan tunggu dulu, mohon dimengerti kita sedang ada tamu,” ungkap beberapa tenaga keamanan kepada salahsatu masyarakat yang mengaku hendak melihat keluarganya yang saat itu tengah tak sadarkan diri.

Kendati begitu, beberapa tenaga keamanan dan petugas keamanan berseragam dan petugas satpolPP tetap saja tidak memperkenankan pria tersebut untuk melewati bangsal yang dilalui oleh pejabat dan rombongannya.

Terpisah, Erick Salahsatu keluarga pasien kepada Wartawan yang mengaku telah sepekan terakhir menjaga keluarganya di RSU Tangerang menuturkan, dihari kunjungan kedua pejabat tersebut tidak seperti biasa.

“Katanya sih ada menteri, ngga tau juga deh kemarin Marin mah ngga kayak gini, malahan banyak tukang bangunan kerja sampe malem ngerjain apa tau,” ungkap Erick kepada Wartawan Rabu (8/11/2023).

Perbedaan perlakuan dan pelayanan saat kunjungan kerja pejabat di RSU Tangerang membuatnya sedikit bernafas lega, pasalnya pelayanan, kenyamanan terlebih kebersihan bangsal RS sedikit lebih terjaga.

“Aduh ngga tau deh, mungkin karena kita pakai fasilitas gratis kali ya jadi ya kayak digampangin dan kurang dihargai gitu kali ya, beda banget sama yang bayar pakek kantong pribadi,” kata Erick.

Bukan tanpa sebab, Erick mengungkapkan tidak mudah baginya untuk mendapatkan fasilitas kesehatan gratis, hal itu lantaran dirinya harus berkali kali mendatangi dinas dinas terkait.

“Jadi buat dapet BPJs itu ngga gampang, pertama kita ke RT dan RW dibawa dah tuh ke kelurahan, abis itu dibawa ke dinsos nah nanti dapat selembar kertas,” ujar Erick.

Tak berhenti pada dinas sosial, Erick menuturkan setelah mendapatkan surat keterangan dari dinas sosial dirinya diwajibkan untuk ke dinas kesehatan untuk mendapatkan layanan aktifasi sehingga fasilitas kesehatan dapat dia nikmati.

“saya kirain dari dinkes udah dah tuh kelar, taunya kita disuruh lagi ke RSU buat nyerahin berkasnya, tapi ya bukan cuma nyerahin doang kita disuruh nunggu lagi dah tuh, atuh gimana yak,” ungkap Erick. (Hendi,Aconk)